Merasa Membuat Amerika Aman
[JP Online, Sabtu, 17 Januari 2009]
WASHINGTON - Anjing boleh menggonggong sekeras-kerasnya, kafilah toh akan tetap berlalu. Pepatah itu sepertinya tepat disematkan kepada George W. Bush. Meski dikritik dari sana-sini atas berbagai kebijakannya yang mengerikan selama memerintah dua periode dan bahkan dicap sebagai presiden Amerika Serikat (AS) terburuk, politikus Partai Republik itu tak sedikit pun merasa menyesal.
Dalam pidato perpisahannya kemarin WIB sebelum menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Barack Obama, Bush malah menepuk dada bahwa berbagai kebijakannya telah menjadikan AS aman. "Saya sudah mengikuti kata hati dan apa yang saya pikir benar. Anda boleh saja tidak sepakat, tapi Anda harus tahu, saya memang harus membuat keputusan sulit,'' kata Bush seperti dilansir CNN.
Prestasi membanggakan selama dua periode kekuasaan, menurut Bush, adalah penanggulangan serangan 11 September 2001. Kala itu, dua gedung lambang supremasi Amerika, World Trade Centre dan Pentagon, diserang. Sejak itu, perang antiterorisme resmi berkumandang di seluruh dunia.
Hasilnya, lanjut Bush, tak ada lagi ancaman berarti yang meneror Amerika. "Hasilnya bisa diperdebatkan, Sudah lebih tujuh tahun ini, tanah Amerika aman dari serangan teroris,'' kata Bush.
Aman di AS, tapi berdarah-darah di negara lain. Atas nama perang terhadap terorisme, AS menyerang Afghanistan, Iraq, dan Pakistan. Kampanye antiterorisme juga menimbulkan fobia kepada Islam, terutama di Eropa dan AS. Penjara Guantanamo dipenuhi mereka yang dilabeli teroris dan dibui tanpa proses pengadilan.
Berpidato selama 13 menit di East Room (ruang timur) Gedung Putih dan dihadiri 40 orang petinggi Amerika Serikat itu, Bush juga tak menyangkal bahwa banyak terjadi kemunduran selama masa kekuasaannya. "Seperti pemimpin sebelumnya, saya juga pernah mengalami kemunduran,'' kata Bush. Namun, dengan penuh diplomatis, Bush mengaku cukup mewarnai kebesaran Amerika Serikat.
"Ada beberapa hal yang memang saya lakukan secara berbeda demi perubahan. Saya selalu bertindak untuk kepentingan terbaik bangsa,'' lanjut Bush.
Tak lupa, Bush juga memuji sang calon pengganti yang akan dilantik pada 20 Januari. "Masa pelantikan Obama nanti adalah momen harapan dan kebanggaan seluruh bangsa kita," kata Bush.
Penyampaian pidato perpisahan sudah mentradisi di Amerika Serikat. Tepatnya, dimulai sejak turunnya George Washington pada 1877. (ape/ttg)
Kado-kado Di Akhir Jabatan George W. Bush
Biaya Pelantikan Obama Pecahkan Rekor, Rp. 1,8 Triliun
WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Barack Obama belum berhenti menciptakan sejarah. Setelah tercatat sebagai presiden kulit hitam pertama AS, tak lama lagi pemimpin 47 tahun itu bakal menjadi kepala negara dengan upacara pelantikan paling banyak menghabiskan dana. Presiden George W. Bush pun sampai mendeklarasikan status darurat.
Sebenarnya, bukan esensi pelantikan itu yang menelan banyak biaya. Melainkan, perayaan yang disertai pesta dansa dan arak-arakan. Konon, biayanya mencapai GBP 110 (sekitar Rp 1,8 triliun). Belum lagi, serangkaian ritual lain yang wajib menyertai upacara pelantikan tersebut. Salah satunya adalah keamanan. Dalam upacara penting seperti itu, AS bakal mengerahkan sebanyak mungkin pasukan keamanan dan intelijen.
Anggaran superbanyak di tengah krisis finansial global seperti ini, membuat Bush angkat suara. "Presiden mendeklarasikan keadaaan darurat di Distrik Kolumbia terkait pelantikan tersebut," ujar salah seorang Jubir Gedung Putih seperti dikutip Daily Mail kemarin (15/1). Tapi, sebelumnya, Bush sendiri dilaporkan meloloskan proposal anggaran pelantikan tersebut.
Jubir Obama berharap upacara dan pesta pelantikan di Washington itu akan dihadiri sekitar dua juta warga. Keinginan mantan senator Illinois tersebut membuat pemerintah kota Washington sebagai penyelenggara even kewalahan. Sebab, mereka harus menyediakan bujet ekstra menjelang, selama, dan pasca pelantikan. Bukan hanya untuk keamanan, tapi juga untuk akomodasi para tamu undangan dan artis pengisi acara.
Karena itu, sejumlah pejabat Washington DC dan negara-negara bagian sekitarnya mengajukan permohonan pinjaman dana ke Kongres AS. Mereka meminta pinjaman GBP 50 juta (sekitar Rp 816 miliar) untuk kepentingan tersebut. "Kami akan mengembalikan pinjaman itu setelah 20 Januari," ujar Wali Kota Washington Adrian Fenty. (hep/ami)
Salam Persahabatan
ParaDIsE.group
[JP Online, Sabtu, 17 Januari 2009]
WASHINGTON - Anjing boleh menggonggong sekeras-kerasnya, kafilah toh akan tetap berlalu. Pepatah itu sepertinya tepat disematkan kepada George W. Bush. Meski dikritik dari sana-sini atas berbagai kebijakannya yang mengerikan selama memerintah dua periode dan bahkan dicap sebagai presiden Amerika Serikat (AS) terburuk, politikus Partai Republik itu tak sedikit pun merasa menyesal.
Dalam pidato perpisahannya kemarin WIB sebelum menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Barack Obama, Bush malah menepuk dada bahwa berbagai kebijakannya telah menjadikan AS aman. "Saya sudah mengikuti kata hati dan apa yang saya pikir benar. Anda boleh saja tidak sepakat, tapi Anda harus tahu, saya memang harus membuat keputusan sulit,'' kata Bush seperti dilansir CNN.
Prestasi membanggakan selama dua periode kekuasaan, menurut Bush, adalah penanggulangan serangan 11 September 2001. Kala itu, dua gedung lambang supremasi Amerika, World Trade Centre dan Pentagon, diserang. Sejak itu, perang antiterorisme resmi berkumandang di seluruh dunia.
Hasilnya, lanjut Bush, tak ada lagi ancaman berarti yang meneror Amerika. "Hasilnya bisa diperdebatkan, Sudah lebih tujuh tahun ini, tanah Amerika aman dari serangan teroris,'' kata Bush.
Aman di AS, tapi berdarah-darah di negara lain. Atas nama perang terhadap terorisme, AS menyerang Afghanistan, Iraq, dan Pakistan. Kampanye antiterorisme juga menimbulkan fobia kepada Islam, terutama di Eropa dan AS. Penjara Guantanamo dipenuhi mereka yang dilabeli teroris dan dibui tanpa proses pengadilan.
Berpidato selama 13 menit di East Room (ruang timur) Gedung Putih dan dihadiri 40 orang petinggi Amerika Serikat itu, Bush juga tak menyangkal bahwa banyak terjadi kemunduran selama masa kekuasaannya. "Seperti pemimpin sebelumnya, saya juga pernah mengalami kemunduran,'' kata Bush. Namun, dengan penuh diplomatis, Bush mengaku cukup mewarnai kebesaran Amerika Serikat.
"Ada beberapa hal yang memang saya lakukan secara berbeda demi perubahan. Saya selalu bertindak untuk kepentingan terbaik bangsa,'' lanjut Bush.
Tak lupa, Bush juga memuji sang calon pengganti yang akan dilantik pada 20 Januari. "Masa pelantikan Obama nanti adalah momen harapan dan kebanggaan seluruh bangsa kita," kata Bush.
Penyampaian pidato perpisahan sudah mentradisi di Amerika Serikat. Tepatnya, dimulai sejak turunnya George Washington pada 1877. (ape/ttg)
Biaya Pelantikan Obama Pecahkan Rekor, Rp. 1,8 Triliun
WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Barack Obama belum berhenti menciptakan sejarah. Setelah tercatat sebagai presiden kulit hitam pertama AS, tak lama lagi pemimpin 47 tahun itu bakal menjadi kepala negara dengan upacara pelantikan paling banyak menghabiskan dana. Presiden George W. Bush pun sampai mendeklarasikan status darurat.
Sebenarnya, bukan esensi pelantikan itu yang menelan banyak biaya. Melainkan, perayaan yang disertai pesta dansa dan arak-arakan. Konon, biayanya mencapai GBP 110 (sekitar Rp 1,8 triliun). Belum lagi, serangkaian ritual lain yang wajib menyertai upacara pelantikan tersebut. Salah satunya adalah keamanan. Dalam upacara penting seperti itu, AS bakal mengerahkan sebanyak mungkin pasukan keamanan dan intelijen.
Anggaran superbanyak di tengah krisis finansial global seperti ini, membuat Bush angkat suara. "Presiden mendeklarasikan keadaaan darurat di Distrik Kolumbia terkait pelantikan tersebut," ujar salah seorang Jubir Gedung Putih seperti dikutip Daily Mail kemarin (15/1). Tapi, sebelumnya, Bush sendiri dilaporkan meloloskan proposal anggaran pelantikan tersebut.
Jubir Obama berharap upacara dan pesta pelantikan di Washington itu akan dihadiri sekitar dua juta warga. Keinginan mantan senator Illinois tersebut membuat pemerintah kota Washington sebagai penyelenggara even kewalahan. Sebab, mereka harus menyediakan bujet ekstra menjelang, selama, dan pasca pelantikan. Bukan hanya untuk keamanan, tapi juga untuk akomodasi para tamu undangan dan artis pengisi acara.
Karena itu, sejumlah pejabat Washington DC dan negara-negara bagian sekitarnya mengajukan permohonan pinjaman dana ke Kongres AS. Mereka meminta pinjaman GBP 50 juta (sekitar Rp 816 miliar) untuk kepentingan tersebut. "Kami akan mengembalikan pinjaman itu setelah 20 Januari," ujar Wali Kota Washington Adrian Fenty. (hep/ami)
ParaDIsE.group
Agresi Israel,
Barack Obama,
Bush
06.08
0 Responses to "Merasa Membuat Amerika Aman"
Posting Komentar