Subscribe to our RSS Feeds
Hello, this is a sample text to show how you can display a short information about you and or your blog. You can use this space to display text or image introduction or to display 468 x 60 ads and to maximize your earnings.

Liga Arab Mana?

0 Comments »
Bahas Gaza, Liga Arab Pecah Jadi Dua Kubu
[JP Online Jum'at, 16 Januari 2009]

DOHA - Hingga minggu ketiga invasi Israel ke Gaza, sama sekali tak tampak peran signifikan negara-negara Arab dalam penyelesaian konflik tersebut. Mereka malah saling bertengkar ketika hendak merundingkan jalan tengah perdamaian Gaza.

Akibat perbedaan tersebut, anggota Liga Arab kini terpilah menjadi dua kubu. Kubu pertama dikomandani Mesir dan Arab Saudi. Sementara itu, kubu lain dimotori Qatar dan Syria. Qatar ingin persoalan agresi Israel ke Gaza dibahas tersendiri dalam sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) pemimpin Arab, namun Mesir dan Arab Saudi menolak. Mereka menyatakan, persoalan Gaza sebaiknya dibahas bersamaan dengan pertemuan ekonomi pada Senin lusa (19/1) di Kuwait.

Hari ini Qatar mengundang para anggota Liga Arab di Doha untuk menggalang dukungan. Sebayak 14 negara menyatakan siap hadir. Namun, KTT itu baru bisa dilaksanakan jika diikuti 15 negara anggota.

Langkah Qatar itu berusaha dibendung Arab Saudi. Sebelum pertemuan Doha dilaksanakan, negara pimpinan Raja Abdullah tersebut akan menghelat pertemuan tandingan di Riyadh.

"Kami yakin pertemuan di Doha bakal mengecewakan Arab karena tanpa persiapan,'' kata Hassan Issa, mantan diplomat Mesir, seperti dilansir Reuters kemarin (16/1). ''Ada perbedaan di antara negara-negara Arab. Anda tak akan bisa menggelar pertemuan dalam atmosfer seperti ini. Itu bakal kontraproduktif."

Arab Saudi dan Mesir didukung Tunisia, Jordania, Iraq, Bahrain, Kuwait, dan Maroko. Bila demikian, berarti Qatar dan Syiria hanya punya 14 suara, kurang satu dari ketentuan Liga Arab. "Negara-negara Arab bakal susah menekankan tujuan kepentingannya, khususnya dalam kasus Palestina,'' sebut pernyataan resmi pemerintah Maroko.

Mesir, Arab Saudi, dan negara pendukung lainnya memang dikenal sekutu dekat Amerika Serikat. Mesir, negara tetangga Gaza, dikritik banyak pihak karena menutup rapat-rapat pintu perbatasannya dengan Gaza. Itu membuat penduduk Gaza tak punya pilihan lain, selain pasrah menyambut peluru Israel. Arab Saudi, sejak operasi Cast Lead diluncurkan Israel ke Gaza pada 27 Desember lalu, tak berkomentar sepatah kata pun. Jordania memang lantang mengkritik Israel. Namun, ketika roket meluncur dari perbatasan mereka ke permukiman Israel, pimpinan negara itu tergopoh-gopoh menyangkal.

"Arab sedang kacau-balau, sungguh sangat disesalkan dan merugikan", kata Amr Moussa, ketua Liga Arab.

Sikap pasif dan masa bodoh negara-negara Arab itu dikritik Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad Rabu (15/1). Lewat sepucuk surat yang dilayangkan kepada Arab Saudi, Ahmadinejad mendorong Raja Abdullah agar bangkit dari kebungkamannya dan menyuarakan perlawanan.

Sementara itu, pimpinan berpengaruh Hamas, Saeed Siam, tewas dihunjam peluru Israel kemarin (16/1). Siam adalah menteri dalam negeri pemerintahan Hamas sebelum digulingkan pada 2007. Dia merupakan orang penting ketiga dalam garis struktur kepemimpinan Hamas di bawah pemimpin Hamas Ismail Haniya dan mantan Perdana Menteri Mahmoud al-Zahar. (ape/ttg)

Kecam Arab yang Bungkam
TEHERAN - Sikap pasif dan masa bodoh mayoritas negara-negara Arab terhadap penderitaan Palestina, memicu kegeraman Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Dia kemarin melayangkan secarik surat kepada pemimpin Arab Saudi Raja Abdullah.

''Sayangnya, beberapa kawasan, negara Islam maupun Arab entah karena alasan apa dan dengan tersenyum puas, mendukung bahkan menoleransi genosida (pembunuhan masal) ini,'' tulis Ahmadinejad dalam surat yang dipublikasikan situs resmi presiden (www.presiden.ir). Surat itu disampaikan persis satu hari sebelum pemimpin Saudi mengimbau negara-negara kawasan teluk menggelar KTT pemimpin negara-negara Arab.

''Mereka (Arab) berharap agar (Hamas-Palestina) yang lemah itu akan hancur lalu menyerah pada tekanan penjajah,'' kritik Ahmadinejad.

Kecaman paling keras Iran memang ditujukan kepada Arab Saudi. Negara penghasil minyak terbesar dunia itu selama ini cenderung diam dan tak melakukan aksi apapun terkait serangan Israel ke Gaza. Kepada Raja Abdullah, Ahmadinejad mengatakan agar segera bangkit dari kebungkamannya dan tidak ragu melontarkan pandangannya tentang krisis di Gaza.

Dalam surat itu, Iran sekali lagi mengungkapkan prinsipnya untuk tidak mengakui eksistensi Israel. Selama ini, baik di forum-forum nasional maupun internasional, Ahmadinejad selalu secara tegas menyatakan, Israel seharusnya dihapus dari peta dunia.

''Dengan pertolongan Tuhan dan bersandar pada kekuatan perlawanan rakyat Gaza serta iman pada Tuhan, tanpa keraguan sedikitpun, rezim Zionis akan gagal dan sebentar lagi bakal runtuh,'' tulis Ahmadinejad.

Ahmadinejad tak hanya mengkritik negara-negara Arab, melainkan juga menyentil hati nurani serdadu Israel di lapangan. Kepada mereka Ahmadinejad menyerukan agar mengabaikan perintah serangan dari panglima mereka.

''Hei kalian para serdadu Zionis, mengapa kalian tega membunuh perempuan dan anak-anak tak berdosa? Kini saatnya kalian harus melawan dan mengabaikan perintah panglima kalian,'' ujar Ahmadinejad dalam pesan keduanya yang juga diposting dalam situs pribadinya.

Terpisah, pada Rabu lalu waktu setempat, Venezuela dan Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk protes.

Sebelum memutuskan hubungan diplomatik secara permanen, Venezuela sudah terlebih dahulu mengusir kedutaan besar Israel keluar dari Caracas para 5 Januari lalu.

Sementara pemerintah Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel selang beberapa jam sebelum Venezuela mendeklarasikan keputusannya.

Kepada beberapa diplomat di ibu kota La Paz, Presiden Evo Morales berencana bakal menekan mahkamah kejahatan internasional di Amsterdam untuk memproses pelanggaran kemanusiaan yang diperbuat serdadu Israel. (ape/ami)



Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

0 Responses to "Liga Arab Mana?"

Posting Komentar